Sculpture "Super Smash" Diresmikan

KUDUS, Kompas.com – Melalui program Djarum Apresiasi Budaya, di bawah payung Djarum Foundation meresmikan Sculpture “SUPER SMASH” di depan GOR Bulutangkis Djarum di desa Jati-Kudus, Jawa Tengah, sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan terhadap prestasi yang diraih di bidang bulutangkis.
Monumen inspiratif ini dikelilingi oleh 7 taman yakni Taman Plaza Thomas Cup, Plaza Thomas Uber, Plaza All England, Plaza Kejuaraan Dunia, Plaza BWF, Plaza Sudirman dan Plaza Rangking Dunia.
“Sculpture SUPER SMASH adalah cerminan kebanggaan, semangat, dan cita-cita. Kebanggaan terhadap prestasi, semangat untuk terus berproses dan cita-cita besar demi kemajuan negara Indonesia tercinta. Dengan adanya monumen ini, selain menjadi perwujudan kebanggaan terhadap prestasi di bidang bulutangkis juga diharapkan akan mampu memberikan inspirasi kepada generasi selanjutnya untuk terus menerus berjuang dan bekerja keras dalam meraih prestasi dan berusaha turut mengharumkan nama bangsa Indonesia”, ujar Victor Rahmat Hartono, President Director Djarum Foundation dalam pidato peresmian sculpture SUPER SMASH. 
Renitasari, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation mengungkapkan bahwa meski secara visual sculpture ini bertema “SUPER SMASH”, namun secara tersirat visi yang ingin disampaikan jauh lebih besar dan lebih luas lagi. Karena dari pusat pelatihan dan usaha pembimbingan seperti yang telah dilakukan oleh Djarum tentunya akan mampu memberikan peran bagi generasi penerus bangsa. Merekalah yang akan memberikan warna bagi pergerakan budaya Indonesia di masa yang akan datang.
Turut hadir dalam acara peresmian, antara lain para atlet legenda PB Djarum seperti Haryanto Arbi, Sigit Budiarto, Maria Kristin, Hayom Rumbaka, Ketua PB Djarum Yoppy Rosimin, atlet PB Djarum Jakarta dan Kudus, serta budayawan dari Kudus, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jakarta.  Setelah acara peresmian, dilanjutkan dengan diskusi bersama pencipta, Rudi Mantofani; kolektor dan kurator seni rupa asal Magelang, Oei Hong Djien; serta kurator Galeri Salihara, Asikin Hasan.
Monumen besutan perupa senior Indonesia, Rudi Mantofani, terdiri dari patung seorang atlet yang sedang melakukan smash. Patung figure di posisikan berdiri di atas konstruksi berupa globe (bola dunia). Tingginya mencapai 8 meter dari permukaan tanah, ditempatkan tepat di atas kolam sedalam 0,60 meter dengan dasar batu andesit.
Patung figur dari bahan perunggu tersebut dibuat secara mendetail. Proses pengelasan dilakukan secara cermat, sistematis, dengan urut-urutan bagian tubuh yang telah ditentukan agar anatominya tetap terjaga. Proses perakitannya pun dilakukan dengan sistem welding.
Menurut Rudi Mantofani, pengerjaan terlama adalah lempengan logam pada globe yang membutuhkan waktu karena diperlukan ketelitian dari setiap bentuknya.   Peta pada globe memang dibuat aerodinamis untuk mencegah terpaan angin kencang pada setiap titik ketinggian patung dengan dibentuk perforated dari setiap lempengan petanya (kepulauan globe).
Dua buah globe setinggi 6 meter dari dasar kolam tersebut terbuat dari pelat grade kuningan dan rangkaian pipa. Sementara finishing model ini dilakukan dengan pekerjaan yang penuh kesabaran mulai dari kontrol dan ketepatan dalam pembentukannya. Hasilnya adalah sebuah monumen sederhana, artistik, memikat dan meninggalkan kesan yang dalam.
Menurut kurator Asikin Hasan, karya Rudi sangat peka terhadap berbagai kualitas visual. ”Rudi banyak menemukan aspek menarik dalam proses kerja yang menjadi modal baginya dalam tahap visualisasi. Karyanya cenderung fokus pada bentuk atau obyek yang melahirkan sensasi visual”.
Sementara Haryanto Arbi, atlet bulutangkis legendaris Indonesia mengungkapkan rasa bangganya terhadap karya seni Rudi Mantofani. “Kami sebagai atlet merasa bangga bahwa kerja keras dan prestasi kami dihargai dan diungkapkan dalam karya seni salah satu maestro pahat Indonesia. Saya berharap generasi bulutangkis Indonesia dapat meresapi karya ini dan terus semangat memberikan prestasi pada bangsa dan dunia” (/*)

0 komentar:

Posting Komentar